ATRESIA ESOPHAGUS
Definisi
Atresia
berarti buntu, atresia esophagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau
muara (buntu), pada esophagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esophagus
ujung esophagus buntu, sedangkan pada 1/4 – 1/3 kasus
lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina
(disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula). Atresia
esophagus adalah sekelompok kelainan congenital yang mencangkup gangguan
kontinuitas esophagus disertai atau tanpa adanya hubungan trakea.
Atresia
esoofagus adalah esophagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk secara sempurna.
Pada atresia esophagus, kerongkongan menyempit atau buntu ; tidak tersambung
dengan lambung. Kebanyakan Bayi yang menderita atresia esophagus juga memiliki
fistula trakeoesofageal (suatu hubungan abnormal antara kerongkongan dan
trakea/pipa udara).
Etiologi
Etiologi
atresia esophagus merupakan multifaktorial dan masih belum diketahui dengan
jelas.
Atresia esophagus merupakan
suatu kelainan bawaan pada saluran pencernaan. Terdapat beberapa jenis atresia,
tetapi yang sering ditemukan adalah kerongkongan yang buntu dan tidak
tersambung dengan kerongkongan bagian bawah serta lambung. Atresia esophagus
dan fistula ditemukan pada 2-3 dari 10.000 bayi.
Hingga
saat ini, teratogen penyebab kelainan ini masih belum diketahui. Terdapat
laporan yang menghubungkan atresia esophagus dalam keluarga.juga
dihubunterdapat 2% resiko apabila saudara telah terkena kelainan ini. Kelainan
ini juga dihubungkan dengan trisomi 21, 13, 18. Angka kejadian pada anak
kembar dinyatakan 6x lebih banyak dibanding bukan kembar.
Patofisiologi
Motilitas
dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus. Gangguan peristaltic
esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian esophagus distal. Janin dengan
atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada
atresia esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk
melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari
sirkulasi amnion pada janin.
Neonates
dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali
air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan
aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dengan gaster dapat
masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk dalam saluran
pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi bantuan.
Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal.
Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini
bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan
reflux gastroesofageal.
Trakea
juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trakea
abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran
otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu
kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia yang
bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana atupun
air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia atau
bahkan bisa menjadi apneu.
Manifestasi Klinis
Biasanya
timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu berupa muntah yang proyektil
beberapa saat setelah minum susu ( yang dimuntahkan hanya susu ), bayi tampak
selalu haus dan berat badan sukar naik.
a.
Biasanya disertai dengan
hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi
lahir premature, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan
ibu disertai hidrmnion hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus . bila
kateter berhenti pada jarak < 10 cm, maka diduga artesia esophagus.
b.
Bila pada BBL timbul sesak
yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, dicurigai terdapat atresia
esophagus.
c.
Segera setelah diberi minum,
bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan
napas.
d.
Pada fistula trakeaesofagus,
cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Gejalanya
bisa berupa:
-
Mengeluarkan ludah yang
sangat banyak
-
Terbatuk atau tersedak
setelah berusaha untuk menelan
-
Tidak mau menyusu
-
Sianosis (kulitnya kebiruan)
Adanya
fistula menyebabkan ludah bisa masuk kedalam paru-paru sehingga terjadi resiko
terjadinya pneumonia aspirasi.
Klasifikasi
a)
Kalasia
Chalasia
ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat menutup secara baik,
sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama kalau bayi dibaringkan. Pertolongan : memberi makanan dalam
posisi tegak, yaitu duduk dalam kursi khusus.
Kalasia adalah
kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus (pada persambungan dengan
lambung yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila
dibaringkan.
b)
Akalasia
Ialah
kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak membuka secara baik,
sehingga keadaan seperti stenosis atau atresia. Disebut pula
spasmus cardio-oesophagus. Sebabnya : karena terdapat cartilage trachea yang
tumbuh ektopik dalam esophagus bagian bawah, berbentuk tulang rawan yang
ditemukan secara mikroskopik dalam lapisan otot.(2)(3)
c)
Classification System Gross
Atresia
esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe yang
paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia esophagus menggunakan system
klasifikasi gross of bostom yang sudah popular digunakan.
System ini berisi antara lain.(1)
Ø Tipe A__ Atresia esophagus tanpa fistula
; atresia esophagus murni (10%)
Ø Tipe B__ Atresia esophagus dengan TEF
proximal (<1%)
Ø Tipe C__ Atresia esophagus dengan TEF
distal (85%)
Ø Tipe D__ Atresia esophagus dengan TEF
proximal dan distal (<1%)
Ø Tipe E__ TEF tanpa atresia esophagus ;
fistula tipe H (4%)
Ø Tipe F__ Stenosis esophagus congenital tanpa atresia
(<1%)
Diagnosis
Anamnesis
:
1.
Biasanya disertai dengan
hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frkuensii bayi bayi
yang lahir premature. Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu disertai hidramnion, hendaknya dilakukan katerisasi esophagus
dengan kateter no 6-10F. Bila kateter terhenti pada jarak kurang dari 10 cm,
maka harus diduga terdapat atresia esophagus.
2.
Bila pada bayi baru lahir
timbul sesak napas yang disertai dengan air liur yang meleleh ke luar, harus
dicurigai terdapat atresia esophagus.
3.
Segera setelah diberi
minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam
jalan napas.
4.
Perlu dibedakan pada pemeriksaan
fisis apakah lambung terisi atau kosong untuk menunjang atau menyingkirkan
terdapatnya fistula trakeo-esofagus.hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.
Pemeriksaan fisis :
Ditemukan gerakan
peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan melalui daerah yang sempit
di pylorus. Teraba tumor pada saat gerakan peristaltic tersebut. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak diberi minum.
Pemeriksaan
penunjang :
Dengan memberikan
barium peroral didapatkan gambaran radiologis yang patognomonik barupa
penyempitan pylorus yang relative lebih panjang.
Gambaran Radiologik :
Pada barium per
os, yang patognomonik pada kelainan ini ialah penyampitan pylorus yang relative
lebih panjang.
Diagnosis
lainnya :
a)
Antenatal
Atresia
esophagus dapat dicurigai pada USG bila didapati polihidramion pada Ibu,
abdomen yang kecil pada janin, dan pembesaran ujung esophagus bagian atas.
Dugaan juga semakin jelas bila didapati kelainan-kelainan lain yang bekaitan
dengan atresia esophagus.
b)
Diagnosis
klnis
Bayi
dengan sekresi air liur dan ingus yang sering dan banyak harus diasumsikan
menderita atresia esophagus sampai terbkti tidak ada. Diagnosis dibuat dengan
memasukkan kateter/NGT ke dalam mulut, berakir pada sekitar 10 cm dari pangkal
gusi. Kegagalan untuk memasukan kateter ke lambung menandakan adanya atresia
esophagus. Ukuran kateter yang lebih kecil bisa melilit di kantong proximal
sehingga bisa membuat kesalahan diagnosis adanya kontinuitas esophagus.
Radiografi dapat membuktikan kepastian bahwa selang tidak tidak
mencapai lambung. Selang tidak boleh dimasukkan dari hidung karena dapat
merusak saluran napas atas. Dalam kedokteran modern, diagnosis dengan
menunggu bayi tersedak atau batuk pada pemberian makan pertama sekali, tidak
disetujui lagi.
c)
Diagnosis
Anatomis
Tindakan
penanganan tergantung dari variasi anatomi. Penting untuk mengetaui apakah ada
fistula pada satu atau kedua segmen esophagus. Juga penting untuk mengetahui
jarak antara kedua ujung esophagus.
Bila
tidak ada fistula distal, pada foto thorax dengan selang yang dimasukkan
melalui mulut akan menunjukan segmen atas esophagus berakhir diatas medistinum.
Dari posisi lateral dapat dilihat adanya fistula dan udara di esophagus distal.
Dari percabangan trakea bisa dilihat letak dari fistula.
Tidak
adanya udara atau gas pada abdomen menunjukkan adanya suatu atresia tanpa
disertai fistula atau atresia dengan fistula trrakeosofageal proximal saja.
Jika didapati ujung kantong esophagus proximal, bisa diasumsikan bahwa ini
adalah atresia esophagus tanpa fistula. Adanya udara atau gas pada lambung dan
usus menunjukan adanya fistula trakeoesofageal distal.
Pada
bayi dengan H-Fistula (Gross Tipe E) agak berbeda karena esophagus utuh. Anak
dapat menelan, tetapi dapat tersedak dan batuk saat makan. Bila udara keluar
daro fistula dan masuk kesaluran pencernaan akan menimbulkan distensi abdomen,
selain itu, aspirasi makanan yang berulang akan menyebabkan infekasi
saluran pernapasan . diagnosis dapat diketahui dengan endoskopi atau penggunaan
kontras.
d) Pemeriksaan
Laboratorium
·
Darah Rutin
Terutama
untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran pernapasan akibat
aspirasi makanan ataupun cairan.
·
Elektrolit
Untuk
mengetahui keadaan abnormal bawaaan lain yang menyertai.
·
Analisa Gas Darah Arteri
Untuk
mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi.
·
BUM dan Serum Creatinin
Untuk
mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
·
Kadar Gula Darah
Untuk
mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
e) Diagnosis
Banding
1.
Pilorospasme, yang gejalanya
akan hilang setelah anak diberi spasmolitikum.
2.
Prolaps mukosa lambung.
Tindakan
; anak disiapkan untuk operasi pyloromyotomi cara fredet-ramstedt. Operasi ini
mudah dan memberikan penyembuhan yang memuaskan.
Komplikasi
Komplikasi dini, mencakup:
·
Kebocoran anastomosis
Terjadi
15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan thoracostomy sambil
suction terus menerus dan menunggu penyembuhan dan penutupan anastomisis
secara spontan, atau dengan melakukan tindakan bedah darurat untuk menutup
kebocoran.
·
Striktur anastomisis
Terjadi
pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan melebarkan striktur yang ada
secara endoskopi.
·
Fistula rekuren
Terjadi
pada 5-14% kasus.
Komplikasi lanjut, mencakup:
·
Reflux gastroesofageal
Terjadi
40% kasus. Penanganannya mencakup medikamentosa dan fundoplication, yaitu
tindakan bedah dimana bagian atas lambung dibungkus ke sekitar bagian bawah
esophagus.
·
Trakeomalasia
Terjadi
pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan melakukan manipulasi terhadap aorta
untuk memberika ruangan bagi trakea agar dapat mengembang.a
·
Dismotility Esofagus
Terjadi akibat
kontraksi esophagus yang terganggu. Pasien disarankan untuk makan diselingin
dengan minum.
Penatalaksanaan
A. Tindakan
Sebelum Operasi
Atresia
esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi baru
lahir mulai umur 1 hari antara lain :
·
Cairan intravena mengandung
glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
·
Pemberian antibiotic
broad-spectrum secara intra vena.
·
Suhu bayi dijaga agar selalu
hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler, kepala
diangkat sekitar 45o.
·
NGT dimasukkan secara oral
dan dilakukan suction rutin.
·
Monitor vital signs.
Pada
bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas
diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai
tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung
apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya
resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung
endotracheal tube sampai kepintu masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi
dengan tekanan rendah.
Echochardiography
atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus penting untuk
dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan
kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.
B. Tindakan
Selama Operasi
Pada
umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal yang
darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan
respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang
keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan
mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa
menyebabkan rupture dari lambung sehingga mengakibatkan tension
pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi pernapasan.
Pada
keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan melakukan
ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi sampai
masalah ganggua respiratorik pada bayi benr-benar teratasi. Targetnya ialah
operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki
esophagus.
Pada
prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas anatomi.
Tindakan operasi dari atresia esophagus mencakup.
·
Operasi dilaksanakan dalam
general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang baik dan menggunakan
ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung
·
Bronkoskopi pra-operatif
berguuna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
·
Posisi bayi ditidurkan pada
sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk dilaksanakan right
posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan melalui leher
karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.
·
Operasi dilaksanakan
thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian
dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan
esophagus.
·
Pada atresia esofagus dengan
fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus proksimal dan distal
dapat disambung langsung ini disebut dengan primary repairyaitu apabila jarak
kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra,
dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil
dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila
jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan
tindakan diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan
menggunakan sebagai kolon.
C. Tindakan
Setelah Operasi
Pasca
Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara rutin.
Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan
mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan.
Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
Prognosis
·
Prognosis bergantung pada
jenis kelainan anatomi dari atresia dan adanya komplikasi.
·
Saat ini tingkat
keberhasilan operasi atresia esophagus mencapai 90%,
·
Adanya defek kardioffaskular
dan berat badan lahir rendah mempengaruhi ketahanan hidup.
·
Berdasarkan klasifikasi
spitz untuk mengetahui tingkat kelangsuungan hidup berdasarkan berat badan
lahir dan kelainan kardiovaskular, yaitu :
a)
Grup I – Berat badan lahir
> 1500 gram TANPA kelainan kardiovaskular, tingkat mortalitas 3%.
b)
Grup II – Berat bdan lahir
< 1500 gram ATAU terdapatnya kelainan kardiovaskular mayor, tingkat
mortalitas 41%
c)
Grup III – Berat badan lahir
< 1500 gram DENGAN terdapatnya kelainan kardiovaskular mayor, tingkat
mortalitas 78%.
Kelainan
kardiovaskular mayor disini maksudnya ialah kelainan-kelainan kardiovaskular
congenital yang memerlukan tindakan bedah segera agar tidak terjadi gagal
jantung.
·
Kematian dini biasanya
disebabkan kelainan kardiovaskular dan abnormalitas kromoosom.
·
Kematian lanjut biasanya
akibat gangguan pernapasan.
Terima kassih ilmu nya bermanfaat
BalasHapussaran saya sumbernya dicantumkan lebih baik