-->
DISTRESS RESPIRASI
Definisi
Adalah
gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda
takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap
atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.
Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi
dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA.
Etiologi
RDS
terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin
muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor
penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, sectio caesaria. Surfaktan biasanya didapatkan
pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap
berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih
belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan
mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi
lahir dan akan bertambah berat.
RDS
merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi
karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan
dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini
adalah pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
Patofisiologi
Faktor-faktor
yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku.
Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan
paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah
diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi
udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan
tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema
interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari
epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik
karena adanya defisiensi surfaktan ini.
Dengan
adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan
oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang
berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu
setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai
dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek;
pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan
dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal
Displasia (BPD).
Pencegahan RDS
Tindakan
pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko
tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio
sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang
tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang
efektif utntuk mencegah RDS adalah:
Mencegah
kelahiran < bulan (premature).
Mencegah
tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
Management
yang tepat.
Pengendalian
kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
Optimalisasi
kesehatan ibu hamil.
Kortikosteroid
pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
Obat-obat
tocolysis (β-agonist : terbutalin, salbutamol)
Steroid
(betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap 12 jam
untuk 4 x pemberian)
Cek
kematangan paru (lewat cairan amniotic à pengukuran
rasio lesitin/spingomielin : > 2
dinyatakan mature lung function)
Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya
gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas
paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala
klinis yang ditujukan.
Manifestasi
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel dan
selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul iaitu : adanya
sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai dengan
takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung, grunting, retraksi
dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah
lahir.
Berdasarkan
foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak
retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua, bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan
gambaran airbronchogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru
terlihat lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram
udara lebih luas. keempat, seluruh
thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.
Evaluasi
Respiratory Distress Skor Downe :
Evaluasi
Respiratory Distress Skor Downe
gangguan
pernafasan ringan
|
|
Skor 4 – 5
|
gangguan pernafasan sedang
|
Skor > 6
|
gangguan
pernafasan berat (pemeriksaan gas darah harus dilakukan)
|
Penunjang / Diagnostik
Laboratory
Evaluation for Respiratory Distress in the Newborn
Test
|
Indication
|
Blood
culture
|
May
indicate bacteremia Not helpful initially because results may take 48 hours
|
Blood
gas
|
Used
to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or acid/base status if
capillary sampling (capillary sample usually used unless high oxygen
requirement)
|
Blood
glucose
|
Hypoglycemia
can cause or aggravate tachypnea
|
Chest
radiography
|
Used
to differentiate various types of respiratory distress
|
Complete
blood count with differential
|
Leukocytosis
or bandemia indicates stress or infection
|
Neutropenia
correlates with bacterial infection
|
|
Low
hemoglobin level shows anemia
|
|
High
hemoglobin level occurs in polycythemia
|
|
Low
platelet level occurs in sepsis
|
|
Lumbar
puncture
|
If
meningitis is suspected
|
Pulse
oximetry
|
Used
to detect hypoxia and need for oxygen supplementation
|
Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan
oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan
asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan
netral.
4)
Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5)
Mencegah hipotermia.
6)
Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum :
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai
dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan
dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
-
Pantau selalu tanda vital
-
Jaga kepatenan jalan nafas
-
Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
b. Jika bayi
mengalami apneu
-
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
-
Lakukan penilaian lanjut
c. Bila terjadi
kejang à atasi kejang
d. Segera periksa
kadar gula darah
e. Pemberian
nutrisi adekuat
Setelah
menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan
penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau
menajemen lanjut:
Gangguan nafas ringan
Beberapa
bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa
gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama
terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh
sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan
napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
Gangguan nafas sedang
Lakukan
pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat
diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup. Bayi jangan diberi minum.
Jika
ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis.
-
Suhu
aksiler > 39˚C
-
Air
ketuban bercampur mekonium
-
Riwayat
infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau
- ketuban pecah dini (> 18 jam)
Bila tidak ada
tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
Apabila bayi
tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi
untuk kemungkinan besar sepsis
Bila bayi mulai
menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap . Pasang
pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum
Amati bayi selama
24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak
kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi
tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.
Gangguan nafas berat
Amati
pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
Bila dalam
pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi
untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera
dirujuk di rumah sakit rujukan.
Berikan ASI bila
bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minuman.
Kurangi
pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.
Komplikasi Penyakit
Komplikasi
jangka pendek dapat terjadi :
1.
kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara (
pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ),
pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi,
apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
2.
Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan
jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan
invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
3.
Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak
pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
Komplikasi
jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi
dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan
organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1.
Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan
pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan
dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan
ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden
BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur Kegagalan
fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa
gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
Bantuan
pernafasan
Bila
O2 dg headbox tidak berhasil, harus segera berikan bantuan Napas diberikan
dalam bentuk CPAP (continuous positive airway pressure) atau intermittent
mandatory ventilation (IMV). CPAP : bantuan pernapasan dengan cara meningkatkan
tekanan pulmoner secara artifisial pada saat fase ekspirasi pada bayi yang
bernapas secara spontan . Intermittent Positive Pressure Ventilation (IPPV)
atau Intermittent Mandatory Pressure Ventilation (IMV) : pernapasan bayi
diambil alih sepenuh nya oleh mesin ventilator mekanik dan meningkatkan tekanan
pulmoner baik pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
CPAP
sebaiknya dimulai lebih awal pada bayi dengan HMD. Indikasi memulai CPAP
apabila score downes >6 saat lahir atau kebutuhan FiO2 >0,6 untuk
menjaga saturasi pada pulse oximeter. Gangguan nafas sedang atau berat dan apnu
berulang. Skor 3 atau lebih pada (arterial blood gas)ABG menunjukkan
kebutuhan untuk CPAP(continuous positive airway pressure ) atau ventilasi
mekanis.
ABG Score
|
|||
0
|
1
|
2
|
|
paO2 mmHg
|
>60
|
50-60
|
<50
|
pH
|
>7.3
|
7.20 – 7.29
|
7.1 – 7.19
|
paCO2 mmHg
|
<50
|
50 – 60
|
61 - 70
|
Bila bayi sering
apnu : berarti CPAP gagal harus segera dilakukan intubasi dan pemberian
ventilasi.
Indikasi Ventilasi Tekanan
positip
÷ Skor Downes' >8
÷ Episode apnu berat, gasping saat usaha
napas
÷ pH <7.25 dan PaCO2 >55-60 mmHg
atau meningkat >5-10 mmHg/jam
÷ Berat lahir <1500 gram, umur gestasi
<31 minggu ( saat di kamar bersalin )
÷ CPAP gagal : PaO2 <60 mmHg, FIO2=0.6,
CPAP=6 cm H2O
÷ pH <7.20 setelah terapi (asidosis
metabolik/respiratorik)
÷ Syok
CPAP gagal maka harus segera diberikan bantuan napas
dengan Ventilator mekanik
1. Retraksi sedang sampai berat
2. Laju pernapasan > 70 /menit
3. Sianosis dengan FiO2 > 0.4
4. Serangan apnu berulang
5. Syok atau ancaman syok
6. PaO2 < 50 mm Hg dengan FiO2 >
1.0
7. PaCO2 > 60
8. PH < 7.25
maaf mba mau tanya ada bukunya ga ya dari tulisan yang mba pos, buku atau referensi lainnya
BalasHapusImpotensi / Disfungsi ereksi atau dikenal juga dengan lemah syahwat merupakan kondisi dimana seorang pria tidak mampu ereksi (penis tegang/keras).
BalasHapusKondisi ini juga bisa diartikan ketidakmampuan seorang pria mempertahankan ereksinya ketika melakukan hubungan seksual. Dengan kata lain, Penis atau alat vital pria kurang keras atau lembek.
Kondisi ini sebenarnya sangat berbahaya bagi kehidupan seksual sebuah pasangan. Namun kebanyakan pria malu untuk mengakui dan mengkonsultasikan masalah ini. Padahal dengan berkonsultasi, komunikasi dengan pasangan dan pengobatan yang tepat akan membuat lebh mudah menyembuhkan kondisi ini.
Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang
Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini
hubungi Dokter | Chatting gratis